MISI
.co
christian
online
Misi

Myanmar

Dari Misi

Langsung ke: navigasi, cari
Navigasi negara:

Operation World | << Myanmar >> | Penjelasan Statistik dan Singkatan


Daftar isi


Jawaban Doa untuk Disyukuri -- Myanmar

1 Kesinambungan pertumbuhan gereja di tengah penderitaan dan tekanan hebat merupakan jawaban doa. Mayoritas umat percaya masih berasal dari kelompok etnis minoritas tertentu, tetapi kini ada peningkatan respons kaum mayoritas Buddhis, khususnya kaum biksu. Penginjilan bertumbuh pesat seiring dengan berkembangnya gerakan misi lokal.

2 Perkembangan gerakan doa dan kesatuan di antara umat percaya menandakan adanya transisi besar dari parokialisme [paham/wawasan sempit kedaerahan] dan sektarianisme masa lalu. Muncul generasi baru pemimpin yang bekerja menembus batas etnis dan denominasi serta menghasilkan pertumbuhan dan kesatuan.

3 Syukur kepada Tuhan atas pemurnian Gereja, yang hanya bisa terjadi melalui keputusasaan akibat penganiayaan, kemiskinan, dan pengukungan. Kelompok liberal makin mendekat pada kebenaran alkitabiah, dan umat percaya yang biasa-biasa saja digerakkan menuju kehidupan iman yang lebih dinamis. Myanmar adalah contoh klasik bagaimana penderitaan, meskipun menyedihkan, bermanfaat menyempurnakan tujuan Tuhan bagi umat-Nya.

Tantangan untuk Didoakan -- Myanmar

1 Junta militer mendefinisikan kembali istilah "biadab". Kebijakan pengisolasian negara yang bermanfaat bagi mereka justru memiskinkan negara kaya ini sehingga diasingkan oleh dunia internasional. Tindakan keras pemerintah terhadap protes yang dipimpin para biksu Buddha di tahun 2007 menyebabkan pertikaian di antara penguasa dan pemegang otoritas moral. Masyarakat makin kecewa sampai pada titik mengkritik secara terbuka. Resolusi PBB membahas tindakan kejam junta militer dihalangi Tiongkok dan Rusia, dan keberadaan ASEAN tidak berpengaruh dalam hal ini. Berdoalah untuk intervensi yang membawa keadilan. Berdoalah pula untuk pertobatan mereka yang memakai kekuasaan untuk maksud jahat.

2 Kebijakan tindak kekerasan yang sistematis terhadap kelompok minoritas tertentu menuai akibat buruk—hancurnya banyak desa, pemerkosaan, penganiayaan, pembersihan populasi, dan sanksi internasional. Penderitaan hebat dirasakan oleh suku Karen, Chin, Shan, Mon, dan Wa. Suku Karen dan Chin secara khusus diburu karena iman Kristen dan milisi separatis mereka. Myanmar sangat tidak stabil dalam politik, keagamaan, dan terutama etnis. Berdoalah untuk keharmonisan etnis, sistem pemerintahan yang efektif, dan kedamaian.

3 Penderitaan dan kemiskinan rakyat Birma menjadi tantangan yang makin besar mengingat

a. Kehancuran karena angin topan Nargis. Tatkala bencana angin topan meluluhlantakkan Myanmar bulan Mei 2008, sekitar 140.000 orang tewas hanya oleh badai serta penyakit dan kerugian besar yang kemudian menyusul. Kerugian yang ditimbulkan mencapai sekitar $10 miliar (AS). Kehancuran diperparah dengan lambatnya respons pemerintah, penolakan izin dari rezim penguasa untuk masuknya kelompok bantuan kemanusiaan asing ke daerah bencana, dan korupsi yang menyelewengkan bantuan ke tangan angkatan bersenjata.
b. Keadaan ekonomi yang menurun. Mata uang mengalami penurunan nilai, harga makanan dan bahan bakar melejit cepat, dan rakyat hidup pas-pasan — 10% populasi menderita gizi buruk kronis. Kondisi ini sebagian besar disebabkan korupsi dan kesalahan manajemen pemerintah. Keadaan genting ini membuat masyarakat makin rapuh.

4 Rezim militer berusaha menghancurkan kekristenan (dengan julukan "virus-K"), tetapi pengikut iman Kristen makin menyebar. Orang Kristen biasanya dijegal dari posisi berkuasa dan berpengaruh. Kampanye militer melawan kelompok minoritas Kristen kerap dipublikasikan, dan lebih dari 3.000 desa Kristen dibakar dalam 10 tahun terakhir ini. Gereja tidak diberi izin mendaftar sehingga dianggap illegal dan menjadi sasaran penyerangan. Pengusiran paksa para pekerja Kristen asing pada 1966 menyebabkan gereja yang baru berdiri harus mengurus dirinya sendiri dengan kepemimpinan atau infrastruktur yang belum matang. Kesengsaraan, penganiayaan, dan kebijakan pengisolasian negara membantu membentuk iman yang ulet dan bertahan.

5 Gereja menghadapi banyak tantangan di Myanmar. Berdoalah untuk masalah-masalah berikut ini

a. Pembatasan kebebasan berfungsi sebagai Gereja dengan diberlakukannya banyak tuntutan. Pihak otoritas tidak mengizinkan pembangunan gedung gereja baru. Impor literatur Kristen sangat dibatasi. Dalam banyak kasus, umat Kristen ditekan atau dipaksa menjadi pengikut Buddha.
b. Nominalisme dan kebangunan rohani merupakan dinamika yang terjadi bersamaan. Beberapa generasi setelah kehadirannya melalui pelayanan Adoniram Judson dan lainnya, kekristenan bagi sebagian orang lebih merupakan tradisi dengan bentuk tidak relevan daripada iman yang hidup. Di beberapa lingkungan, humanisme Barat mengikis otoritas Alkitab. Namun di saat yang sama, banyak denominasi arus utama dan tradisional mengalami kebangunan dan pembaruan rohani, menembus batas denominasi yang mengakar sebelumnya.
c. Sebagian besar umat Kristen berasal dari kelompok masyarakat minoritas yang terlibat aksi militer menentang pemerintah pusat. Berdoalah agar hal itu tidak menimbulkan kepahitan, kebencian suku lainnya, kompromi iman, dan tumpulnya visi untuk bermisi. Pengisolasian diri, kemiskinan, dan kurangnya pelatihan menghambat kemampuan kelompok ini untuk menjadi saksi Kristus, namun kini perubahan positif sudah mulai tampak.
d. Rekonsiliasi dan kesatuan di antara umat Kristen merupakan isu penting. Ada banyak penyebab perpecahan — masalah etnis, politik, kepasifan atau keaktifan militer, dan doktrin. Kekuasaan dengan sistem sentralisasi kuat di bawah satu pemimpin gereja/denominas disertai parokialisme memecah belah umat Kristen dan membatasi pertumbuhan. Berdoalah untuk:
i. Kekuatan kesatuan rohani. Perkembangan gerakan doa, orang-orang yang terkena dampak pembaruan, dan kemunculan generasi pemimpin bergabung sebagai satu kesatuan.
ii. Organisasi-organisasi yang mendorong perkembangan persekutuan. Berdoalah agar Myanmar Council of Churches (MCC), Myanmar Evangelical Christian Fellowship (MECF), dan Myanmar Biblical Christian Fellowship (MBCF) mendukung dengan efektif kesatuan umat Kristen.
iii. Pola kepemimpinan budaya dipadu sektarianisme dari luar negeri. Kebutuhan memulai denominasi sendiri, ketersediaan dana dari negara lain, dan prinsip sektarian yang ditanamkan pada pelajar Myanmar di luar negeri merupakan pencampuran yang berbahaya. Berdoalah agar para pemimpin nasional berhikmat dalam menghadapi berbagai tantangan ini.

6 Pendidikan teologi sangat penting; tercermin lewat pelipatgandaan pesat institut pelatihan dalam 10 tahun terakhir—dari 90 institut di tahun 2000 menjadi lebih dari 200 institut di tahun 2009. Banyak di antaranya merupakan institut kecil, dengan sedikit sumber daya atau materi serta pengajar yang tidak terlatih. 50% dari siswa adalah perempuan. Ancaman teologi liberal yang melanda generasi sebelumnya sudah terpatahkan, tetapi masih ada di beberapa denominasi arus utama. Berdoalah terutama untuk

a. Institusi-institusi yang lebih dikenal, mencakup Myanmar Evangelical Graduate School of Theology (MEGST) dan Association for Theological Education in Myanmar (ATEM, terikat dengan MCC). Konsorsium baru pendirian institusi prasarjana berpeluang besar namun masih dalam tahap pengembangan.
b. Mobilisasi pelatihan dan misi dalam kursus intensif singkat. Cara ini terbukti efektif bagi para pekerja bivokasional dan orang Kristen awam.
c. Keseimbangan tepat pada kebenaran Alkitab, pelatihan penginjilan, dan persiapan misiologi yang mantap untuk berinteraksi dan melayani kaum Buddhis, yang cara pandangnya sangat berbeda dengan kekristenan. Sebuah metodologi yang dikembangkan seorang mantan biksu Buddha tampak menuai respons luar biasa.
d. Menjagai para pemimpin. Sangat banyak pemimpin yang menempuh studi di seminari untuk belajar bahasa Inggris, menganggap hal tersebut sebagai bekal keluar dari Myanmar. Sebagian orang belajar ke luar negeri namun tidak kembali untuk menjalani kehidupan pelayanan yang menantang di Myanmar. Puji Tuhan atas dibukanya program magister di MEGST yang memungkinkan para pemimpin pelayanan yang penuh semangat ini diperlengkapi dan tetap tinggal di Myanmar.
e. Theological Education by Extention (TEE) merupakan alat esensial untuk melipatgandakan jumlah pemimpin terlatih bagi pertumbuhan pesat Gereja. Konsep ini berhasil diterapkan di gereja tradisional dan dalam gerakan umat percaya berlatar belakang Buddha.

7 Agama Buddha berakar kuat di tengah mayoritas etnis Birma, Shan, Rakhine, dan Mon, serta sangat berpengaruh di antara suku-suku yang lebih animis. Agama Buddha Birma menggabungkan spiritisme pra-Buddha, kepercayaan okultisme, astrologi dan takhayul; ketaatan mereka sangat kuat. Sebagian besar anak dididik di dalam biara sehingga pengaruh pandangan Buddha meresap di dalam pikiran mereka. Gereja harus belajar memahami dan menghadapi pola pikir Buddha dan melayani dalam kekuatan kuasa rohani jika ingin melihat munculnya tuaian di tengah mayoritas kelompok ini. Muncul tanda-tanda positif dengan makin bertumbuhnya sikap keterbukaan menerima Yesus, terutama di antara 700.000 biksu. Banyak orang mempelajari Injil dan mendengarkan radio Kristen. Dilaporkan bahwa ada ribuan orang diam-diam menjadi umat Kristen. Tak diragukan masih banyak lainnya ingin menjadi umat percaya andaikata tidak ada halangan sosial, spiritual, dan budaya yang begitu kuat menentang tindakan meninggalkan agama Buddha. Tindakan keras pemerintah terhadap demonstrasi politik para biksu mengurangi pengaruh mereka.

8 Suku-suku yang belum diinjili. Masih ada jutaan orang yang terabaikan. Penjangkauan yang berani dan lemah lembut, juga perintisan jemaat masih dibutuhkan. Ada kelompok baru yang menuangkan Injil dalam kerangka berpikir logis kaum Buddhis, dimulai di tengah suku Rakhine menuju kaum Buddhis Birma dan Karen. Berdoalah bagi

a. Suku Bama (Orang Birma). Mereka adalah kaum Buddha yang taat (hanya 0,1% umat Kristen). Tidaklah mudah bagi umat percaya dari suku tertentu untuk bersaksi kepada suku Bama karena selama bertahun-tahun sudah ada bibit ketidakpercayaan. Juga tidak mudah bagi suku Bama yang mendominasi kancah politik untuk menerima Injil tanpa disertai prasangka. Berdoalah supaya terjadi pertobatan demi pertobatan di antara kaum Buddha yang taat ini.
b. Suku Shan memiliki hubungan dengan suku Thai dan hidup di wilayah Segitiga Emas. Meskipun banyak di antara mereka adalah kaum Buddhis, mereka sangat menderita dalam peperangan dengan rezim militer. Hanya ada 0,9% umat Kristen, dan hanya sedikit yang memiliki Alkitab. Alkitab dalam bahasa Shan diterbitkan tahun 2003.
c. Kaum minoritas Buddhis lainnya memiliki sedikit umat Kristen—suku Arakan/Rakhine (0,1%), Palaung (0,2%), Mon (0,9%), Lu (0,2%), Yangbye (0,5%), dan beberapa kelompok lebih kecil lainnya.
d. Puluhan suku penganut animisme, banyak di antara mereka terbukti berespons terhadap penjangkauan yang penuh kasih. Berdoalah untuk kemunculan gerakan perintisan jemaat di tengah mereka.
e. Etnis Tionghoa berjumlah lebih dari satu juta orang, tetapi hanya sekitar 2,5% adalah umat Kristen. Setelah cukup lama memegang pengaruh signifikan di Myanmar, ledakan arus kaum imigran Tiongkok ke Myanmar baru-baru ini melalui perbatasan Yunan menimbulkan kemarahan masyarakat Myanmar. Para pendatang baru ini kurang diinjili dibandingkan dengan etnis Tionghoa kelahiran Birma. Sepertiga etnis Tionghoa tinggal di Mandalay.
f. Suku Rohingya dari Arakan, kaum Muslim keturunan Arab, suku Moor, suku Moghul, dan suku Bengali yang menetap di Arakan 1.000 tahun lalu. Mereka adalah suku-suku paling terbaikan dan tak diinginkan di muka bumi. Mereka menanggung penolakan kewarganegaraan dan terbatasnya hak-hak asasi. Banyak di antara mereka pindah ke negara tentangga Bangladesh atau beremigrasi ilegal ke negara lainnya. Hanya sedikit penjangkauan ditujukan kepada mereka. Berdoalah bagi sejumlah kecil umat percaya yang terpencar.
g. Sembilan suku Hindu yang lama terabaikan. Pada tahun 1928 gereja pertama dirintis di tengah mereka, tetapi jumlah umat Kristen masih sekitar 1%.

9 Berdoalah bagi sejumlah besar pengungsi. Di Thailand saja ada lebih dari dua juta pengungsi Birma (sebagian besar karena alasan ekonomi daripada politik), Pengungsi Birma juga ada di Malaysia, Singapura, dan negara-negara Barat. Satu juta orang lainnya terlantar di dalam negeri Myanmar sendiri, kebanyakan dari wilayah-wilayah Kristen. Baik di Myanmar maupun di antara orang Myanmar diaspora terjadi peningkatan pelayanan dan buah rohani dengan banyaknya perintisan gereja Birma. Namun, banyak juga masih tidak mengenal Injil, terusir, dan jauh dari rumah.

10 Visi misioner Gereja Myanmar terus bertumbuh dan dewasa. Sejumlah orang lokal melakukan pelayanan lintas budaya. Ada banyak sekolah Alkitab di Yangon dengan sekitar 1.000 mahasiswa. Sebagian besar sekolah memasukkan misi sebagai bagian sangat penting dari kurikulum. Berdoalah agar para lulusan memiliki kesediaan hati melayani wilayah pedesaan, bukan hanya perkotaan. Berdoalah pula agar kasih sejati sanggup menembus perpecahan etnis yang mendalam. Berdoalah untuk pelatihan yang baik supaya gereja lokal diperlengkapi untuk menginjili negara ini.

11 Pelayanan pendukung Kristen memasuki negeri ini. Pendewasaan lembaga misi lokal dan keputusasaan negara menciptakan banyak kesempatan baru untuk menunjukkan kasih Kristus. Dibutuhkan dukungan doa untuk

a. Kondisi pascabadai topan Nargis. Meskipun tragis, kondisi ini membuka pintu pelayanan praktis seperti penyediaan makanan, air, sandang, papan, dan kebutuhan pokok lainnya, juga memenuhi kebutuhan ekonomi, spiritual, dan psikologis lebih mendalam dari para korban yang selamat. Respons umat Kristen dan keterbukaan kaum Buddhis membuat badai topan Nargis sebagai "badai berkat". Sejak kegiatan lembaga pelayanan asing dilarang atau sangat dibatasi di dalam negeri, lembaga pelayanan lokal dan kemitraan internasional bangkit menjawab tantangan tersebut.
b. Para korban AIDS. Salah satu krisis AIDS terparah ada di Myanmar, dengan sekitar 1,5% populasi terinfeksi. Yang menyedihkan, banyak korban berasal dari daerah "Kristen". Tindakan pencegahan yang tidak memadai dari pemerintah, ditambah dengan praktik prostitusi berskala besar (sering kali dengan paksa memperjualbelikan gadis-gadis desa) menghancurkan hidup banyak orang. ATEM, Tearfund, dan kaum Presbiterian adalah sejumlah kecil kelompok utama yang bekerja mencegah penyebaran HIV lebih lanjut dan melayani mereka yang terkena dampak penyakit ini.
c. Para pecandu narkoba. Pemakaian narkoba melalui pembuluh darah menyebar luas (mengingat lokasi dekat daerah Segitiga Emas) dan, pastinya berkaitan erat dengan HIV/AIDS. Myanmar Young Crusaders adalah satu dari beberapa kelompok yang memiliki pelayanan efektif bagi para pecandu agar kehidupan mereka diubahkan melalui kuasa Kristus.
d. Anak-anak berisiko adalah kelompok berpopulasi padat (lebih dari 750.000), setelah konflik sipil dan kehancuran badai topan Nargis. Peningkatan jumlah gereja dan lembaga misi lokal yang mengelola panti-panti asuhan dan melayani anak-anak jalanan, biasanya masih dalam skala kecil atau lokal. Berdoalah untuk ketersediaan dana bagi pelayanan akar rumput ini. Berdoalah pula untuk kebebasan bekerja. Berdoalah supaya anak-anak ini mengalami perjumpaan dengan Yesus di tengah keadaan sulit.

12 Sumber daya media untuk gereja. Berdoalah untuk

a. Alkitab dan literatur Kristen sangat terbatas dalam ketersediaannya karena pembatasan impor dan pencetakan. Ada lebih banyak toko buku Kristen di perkotaan (Evangelical Literature Centre, CLC, lainnya), tetapi mereka masih belum sanggup memenuhi kebutuhan. Sangat banyaknya literatur Kristen yang tidak bermanfaat dari luar negeri justru hanya memperumit masalah. Berdoalah untuk tulisan-tulisan alkitabiah yang lebih sesuai dengan budaya dan diterjemahkan dengan baik. Berdoalah pula agar Tuhan membangkitkan penulis-penulis Birma untuk memenuhi kebutuhan tersebut.
b. Penerjemahan Alkitab merupakan tantangan besar. Ada tim-tim yang menerjemahkan Alkitab Perjanjian Baru atau Alkitab lengkap dalam 16 bahasa, tetapi masih ada puluhan bahasa lainnya membutuhkan terjemahan Alkitab. Sebagian besar perlu dikerjakan para penerjemah Myanmar. Berdoalah supaya bermunculan penerjemah-penerjemah injili yang melanjutkan program yang ada dan menyelesaikan proyek strategis jangka panjang ini.
c. Radio Kristen merupakan sarana yang sangat efekfif karena mudah dibawa dan bersifat pribadi. Radio mengudara dalam 35 bahasa. Lembaga siaran radio utama dan bahasa yang digunakan meliputi FEBC (28 bahasa, termasuk bahasa Bama/Birma, jam siaran total 76 jam/minggu) dan TWR (bahasa Birma, Karen, 11 jam/minggu). Selain itu ada juga Adventist World Radio, Gospel for Asia, dan Radio Veritas Asia. Beberapa siaran lainnya disiarkan terutama dalam bahasa Inggris. Berdoalah untuk pembuatan acara dan ketersediaan alat.
d. GRN membuat rekaman dalam 127 bahasa, tetapi berbagai masalah dalam impor dan distribusi materi menghalangi dampak positif mereka. Berdoalah untuk pelayanan yang berpotensi sangat besar ini.
e. Film YESUS ditayangkan secara luas di bioskop dan di televisi serta tersedia dalam 42 bahasa.

Operation World | << Myanmar >> | Penjelasan Statistik dan Singkatan

Myanmar - Wikipedia bahasa Indonesia

© OperationWorld (Indonesia) 2015

Dari Operation World: Panduan untuk Mendoakan Semua Bangsa di Dunia, Jason Mandryk,
Edisi Bahasa Indonesia Jilid II dan III, © 2013 Yayasan Gloria

TIDAK TERSEDIA DI TOKO-TOKO BUKU

Jika Anda merasa bahan ini berguna bagi pelayanan Anda, Anda dapat memesannya langsung melalui:

Komunitas Katalis melalui sistem keanggotaan tetap
Pendaftaran: +62-274-264-1003, katalis@glorianet.org
atau kontak http://glorianet.org

Diperoleh dari "https://misi.co/Myanmar"