MISI
.co
christian
online
Misi

Jepang

Dari Misi

Langsung ke: navigasi, cari
Navigasi negara:

Operation World | << Jepang >> | Penjelasan Statistik dan Singkatan


Daftar isi


Jawaban Doa untuk Disyukuri -- Jepang

1 Ketidakpastian masa depan telah mendorong manusia mencari hal-hal spiritual. Hal ini sebagian merupakan respons terhadap perubahan ekonomi dan sosial yang mengancam status quo di Jepang. Ancaman gempa bumi besar yang terus-menerus, kemerosotan ekonomi, makin melebarnya kesenjangan antargenerasi, dan fenomena pengasingan diri kaum muda dari kehidupan sosial (hikikomori) mendorong banyak orang mengevaluasi diri.

2 Puji Tuhan untuk peningkatan keterbukaan terhadap kekristenan. Seiring dengan meningkatnya keterlibatan Jepang dengan dunia luar, seiring dengan pelayanan Kristen yang bergerak maju dengan mantap dan seiring dengan perubahan yang terjadi di dalam masyarakat Jepang sendiri, makin banyak orang yang terbuka terhadap Injil. Jajak pendapat terakhir mengindikasikan bahwa 3% rakyat Jepang menyebut diri “Kristen” (meskipun tidak sepenuhnya benar, tetapi hal ini merupakan indikasi dari suatu perubahan mentalitas). Sebanyak 10% rakyat Jepang memandang kekristenan sebagai suatu pilihan agama yang menarik bagi mereka. Banyak yang meyakini bahwa masyarakat Jepang siap menantikan kebangkitan Injil yang belum pernah terjadi sebelumnya.

3 Kreativitas dan wawasan budaya dalam pelayanan akan membentuk ulang tata cara menjalankan gereja dan lembaga misi. Banyak inisiatif baru berusaha dihubungkan dengan mentalitas dan budaya Jepang. Setelah berabad-abad penjangkauan dilakukan dengan sudut pandang Barat dan pertumbuhan gereja menjadi sangat lambat, maka pendekatan-pendekatan baru dilancarkan. Pendekatan baru mendapatkan sambutan hangat dan bahkan luarbiasa.

Tantangan untuk Didoakan -- Jepang

1 Jepang adalah negara yang menghadapi banyak krisis dan merupakan suatu kebudayaan tanpa arah yang jelas. Penyimpangan ini juga disertai dengan kurangnya pengharapan atau keyakinan akan masa depan. Berdoalah untuk isu-isu berikut ini, yang semuanya sangat dirasakan oleh masyarakat Jepang

a. Kurangnya teladan moral. Para pemimpin Jepang sendiri menyebut negerinya sebagai “negara adidaya tanpa kompas moral”. Hal ini sangat jelas tampak di antara kaum muda, yang bergumul dengan tantangan-tantangan khusus seperti fobia sosial atau kegelisahan sosial (Hikikomori), aksi bunuh diri (lebih dari 30.000 orang/tahun), penindasan terhadap kaum yang lebih lemah (bullying), dan pelacuran remaja. Tingkat bunuh diri yang tinggi di antara kelompok umur yang lain dan perceraian juga mencerminkan tantangan ini.
b. Kepemimpinan politik lebih ditandai dengan dinamika golongan partai-partai yang mementingkan diri sendiri, bukan oleh para pembangun bangsa. Warisan Perang Dunia II masih melingkupi Jepang dan menghambat pemerintah dalam banyak hal. Pergantian para perdana menteri baru-baru ini yang dilakukan dengan sangat cepat, relatif melumpuhkan reformasi yang sangat dibutuhkan untuk menangani isu-isu ekonomi dan tingkat kelahiran.
c. Transisi ekonomi yang utama. Jepang adalah negara dengan perekonomian terbesar ketiga di dunia. Setelah diguncang oleh resesi beberapa tahun terakhir ini, Jepang kini berada di persimpangan jalan. Pekerjaan sebagai karyawan seumur hidup menjadi hal yang dianggap ketinggalan zaman. Generasi muda tidak tertarik dengan tipe komitmen seumur hidup yang selama ini telah menempa Jepang menjadi raksasa ekonomi. Kurangnya sumber daya alam, makin tingginya persaingan pasar untuk barang-barang teknologi tinggi, dan perubahan-perubahan demografis, semua itu membawa ketidakpastian perekonomian di masa depan. Ketidakmampuan (atau ketidakmauan) banyak generasi muda, bahkan orang-orang yang berpendidikan tinggi untuk mengambil pekerjaan-pekerjaan penuh waktu juga menjadi suatu fenomena terkini lainnya.
d. Persentase populasi orang-orang lanjut usia di Jepang mengalami peningkatan yang pesat (lebih cepat dibandingkan negara-negara lainnya),dengan tingkat kelahiran yang terendah dan usia harapan hidup yang tertinggi di dunia. Pada tahun 2055, setengah dari penduduk Jepang memasuki usia pensiun—suatu situasi demografis yang belum pernah terjadi sebelumnya dan suatu tantangan ekonomi yang monumental. Saat ini, perawatan terhadap kaum lanjut usia telah mengambil sebagian besar anggaran kesehatan.
e. Angka kriminalitas mengalami kenaikan yang signifikan dalam tahun-tahun terakhir ini. Dahulu Jepang merupakan salah satu tempat paling aman di dunia. Namun, dengan masuknya unsur-unsur kejahatan dari luar akhir-akhir ini, pengaruh mafia Yakuza, tingginya angka kejahatan, dan ketidaksiapan negara dan polisi untuk menangani semua perubahan ini membuat banyak rakyat Jepang merasa tertekan dan tak lagi merasa aman.

2 Keterbukaan rohani berkurang karena adanya berbagai penghalang Injil. Beberapa hal yang membutakan mata orang Jepang terhadap Injil

a. Penguasa-penguasa dan penghulu-penghulu kegelapan yang mengendalikan Jepang belum pernah dihadapi dengan sungguh-sungguh. Kuasa-kuasa kegelapan, yang berkaitan dengan penyembahan berhala di kuil-kuil dan pemujaan terhadap nenek moyang di rumah-rumah, masih menang, bahkan di tengah negara Jepang yang modern dan “tidak beragama” saat ini. Umat Kristen Jepang mendapatkan tekanan dari masyarakat dan keluarga mereka untuk mengikuti praktik agama Shinto, khususnya pada waktu perayaan Tahun Baru dan selama acara pemakaman. Selain itu, terlalu banyak orang Kristen yang tidak menyadari atau bahkan menyangkali peperangan rohani yang sangat nyata terjadi saat ini.
b. Alkitab terasa asing menurut pandangan orang Jepang—konsep tentang Allah Sang Pencipta terasa asing bagi sebagian besar orang Jepang. Kuatnya tekanan untuk mengikuti norma-norma yang ada di tengah masyarakat membuat banyak petobat baru berkompromi atau pada akhirnya jatuh. Mentalitas malu/ingin tetap terhormat, yang dipegang teguh oleh banyak rakyat Jepang menjadi suatu paradigma yang berbeda dengan yang dimiliki oleh sebagian besar misionaris yang datang ke Jepang. Umat Kristen lama dan para petobat baru harus dimuridkan agar keseluruhan cara pandang mereka mengalami transformasi.
c. Pengaruh agama Shinto nasionalistis masih kuat, yang ditandai dengan sikap memusuhi agama lain selain agama Jepang ini dan umat Kristen yang kompromi terlibat di dalam agama itu. Berdoalah agar umat Kristen tetap berdiri teguh di dalam Yesus saat menghadapi tekanan rohani yang menyusup masuk ini.
d. Kehidupan sosial ekonomi. Orang-orang Jepang yang serius, sopan, dan pekerja keras merasa terlalu sibuk untuk memberikan perhatian terhadap Injil. Materialisme yang makin meningkat mendominasi ambisi sebagian besar kaum muda. Hanya 10% dari mereka yang percaya pada keberadaan Tuhan sebagai pribadi; hanya 50% dari mereka yang bahkan mengharapkan pertolongan dari Tuhan atau dewa-dewa.
e. Agama baru. Gerakan Buddha awam yang berbasis di JepangSokka Gakkai—telah mengalami pertumbuhan hingga memiliki 10 juta anggota. Sejumlah agama baru muncul setiap tahunnya—banyak yang berlandaskan okultisme, penyembahan kepada makhluk asing [aliran raelisme] dan lain sebagainya. Ekses-ekses, pengontrolan pikiran, dan pencucian otak yang mereka timbulkan didokumentasikan dengan sangat baik di media nasional. Berdoalah agar roh-roh yang membawa khayalan/fantasi ini dapat disingkirkan. Serangan gas yang dilancarkan di stasiun kereta bawah tanah Tokyo oleh sekte Aum Shinrikyo menegaskan kembali kepada banyak orang tentang bahaya penyimpangan dari Shinto tradisional.

3 Gereja di Jepang mengalami pertumbuhan antara tahun 1945 dan 1960. Namun, sejak saat itu, persentase Katolik dan Protestan hanya meningkat sedikit, dengan selisih kecil antara orang yang bertobat dan orang yang murtad. Banyak yang meyakini bahwa setengah dari mereka yang dibaptis di Jepang akan meninggalkan gereja-gereja mereka setelah dua atau tiga tahun. Suatu terobosan yang menentukan masih belum terjadi, maka berdoalah untuk

a. The United Church—suatu wadah persatuan seluruh gereja Protestan yang dibentuk di tengah tekanan yang terjadi selama Perang Dunia II. Hampir semua gereja tersebut berkompromi dengan agama Shinto dan penyembahan terhadap kaisar sehingga mereka kehilangan kegairahan rohani. Setelah perang, banyak kelompok yang keluar dari wadah itu dan membentuk denominasi sendiri. The United Church, dan kemudian diikuti oleh denominasi-denominasi lainnya mengeluarkan pernyataan pertobatan atas keterlibatan mereka dalam perang dan penyembahan berhala selama perang. Etos pertobatan ini secara meluas dilakukan oleh umat Kristen Jepang, dan banyak yang meyakini bahwa pertobatan sungguh-sungguh berskala nasional ini menjadi kunci bagi terobosan rohani.
b. Saksi Kristus dari kelompok injili mengalami pertumbuhan. Pada tahun 1950, persentase kelompok injili adalah 40% dari persentase kelompok Protestan dan yang tidak bergabung pada suatu asosiasi . Pada tahun 2010, persentase kelompok injili sudah mencapai 67%. Japan Evangelical Association (JEA) merupakan salah satu institusi utama yang mengoordinasi banyak denominasi.
c. Kelompok-kelompok yang menyerupai kelompok Kristen seperti Saksi-Saksi Yehovah dan Mormon bertumbuh jauh lebih cepat daripada kelompok injili atau Katolik. Selain itu, mereka merupakan kelompok “Kristen” yang terbesar dan paling jelas terlihat di banyak wilayah, berjumlah hampir sama dengan penganut Protestan dan Katolik. Terdapat beberapa lembaga pelayanan yang berkomitmen untuk menolong para pengikut Saksi-Saksi Yehovah untuk beriman kepada Kristus. Namun, secara keseluruhan, masih sangat sedikit pelayanan yang ditujukan untuk mengarahkan orang-orang ini kepada iman yang alkitabiah.

4 Tantangan spesifik yang dihadapi oleh Gereja

a. Kekristenan masih dianggap sebagai agama asing yang berasal dari Barat, bukan sebagai agama universal yang mampu menyesuaikan dengan konteks Jepang. Inilah yang terjadi meskipun kekristenan telah ada di Jepang selama 500 tahun. Inilah juga yang menjadi alasan mengapa ada kebingungan membedakan antara beragam impor budaya Barat yang masuk ke Jepang dan ekspresi Injil yang sejati [kekristenan dianggap sebagai bentuk budaya Barat lainnya oleh Jepang].
b. Sikap merasa sebagai kaum minoritas. Orang Kristen merupakan kelompok minoritas kecil di tengah masyarakat yang mengutamakan konsensus dan perilaku yang sesuai dengan adat. Sangat sedikit keluarga yang percaya kepada Kristus, dan sangat banyak orang yang merasa disorot. Berdoalah agar Gereja menemukan dan memiliki karakteristik lokal sehingga dapat dipercaya dan diterima di tengah masyarakat.
c. Kurangnya kesatuan di Gereja yang hanya berjumlah 1,5% dari populasi. Terdapat ratusan denominasi dan kelompok Kristen yang berada dalam keadaan terpisah-pisah. Organisasi dan teologi terpecah-pecah, dan kurangnya kerja sama di seluruh penjuru negeri menghambat kemajuan dan menyebabkan makin banyak orang meninggalkan kekristenan. The United Church dan JEA mulai memperbaiki hubungan di antara mereka.
d. Perlu ditemukan cara baru untuk mengelola gereja. Sering kali tradisi-tradisi dan bentuk-bentuk penyembahan memiliki otoritas yang nyaris sejajar dengan Alkitab. Bentuk-bentuk Gereja yang tidak esensial harus diadaptasi supaya tidak tampak mencerminkan budaya Barat seperti yang diperkenalkan bertahun-tahun silam dan dibuat lebih sesuai dengan kondisi Jepang pada abad ke-21. Gereja-gereja rumah merupakan cara lain untuk menjangkau orang Jepang yang tidak merasa nYaman menjadi bagian dari gereja tradisional.
e. Tradisi Khonghucu (Konfusius) yang kuat di Jepang telah menciptakan suatu tatanan masyarakat dengan standar etika yang tinggi. Keinginan Gereja untuk mempertahankan standar-standar ini sebagai standar minimal kerap kali membawa jemaat menuju legalisme.
f. Keanggotaan yang tidak aktif dan kembali pada kebiasaan lama yang tercela. Kehadiran jemaat di gereja rendah; kurang dari setengah jumlah anggota gereja yang hadir secara rutin. Umat Kristen acap kali dipengaruhi oleh agama Buddha/Shinto yang tidak memiliki kebutuhan rutin untuk hadir beribadah, dan mereka membawa pola pikir ini ke dalam kehidupan Kristen. Meskipun jumlah kelompok injili mencapai 0,5% populasi, jumlah kehadiran rutin jemaat Protestan di gereja kemungkinan kurang dari setengahnya.
g. Jumlah jemaat yang aktif dan dinamis sangat sedikit. Setidaknya 70% dari seluruh gereja yang ada, rata–rata kehadiran jemaatnya kurang dari 30 orang. Terlalu banyak yang dituntut dari seorang pendeta. Berdoalah agar para pendeta mengikutsertakan jemaat awam dalam pelayanan penjangkauan yang gigih dan inovatif terhadap orang-orang non-Kristen. Sebagian besar gereja bahkan tidak membaptis seorangpun dalam setahunnya!
h. Kurangnya kaum pria di gereja. Dorongan untuk sukses dan keinginan untuk memuaskan tuntutan kerja para majikan membuat kaum lelaki sulit untuk secara terbuka aktif di gereja. Rata-rata perbandingan kehadiran perempuan dan laki-laki di gereja ialah 7:1.

5 Dampak Gereja Jepang terhadap negara belum memadai. Gereja harus berubah dari mentalitas picik dan menutup diri menjadi mentalitas mau terlibat di tengah masyarakat. Pemerintah belum secara memadai memecahkan masalah-masalah sosial yang dihadapi Jepang. Kuasa Kristus yang mengubahkan, seperti yang diperlihatkan di dalam Gereja yang telah dipulihkan, belum cukup tampak. Namun, terdapat suatu perhatian yang baru terhadap penginjilan di banyak gereja dan suatu kesediaan untuk mencoba paradigma baru tentang pelayanan. Berdoalah agar kekristenan memiliki dampak yang sangat besar dan menyelamatkan bangsa ini.

6 Pelatihan Alkitab bagi para pekerja Kristen sangat dibutuhkan dan disediakan oleh 125 seminari dan sekolah Alkitab denominasional dan interdenominasional. Berdoalah untuk para pendeta generasi baru. Sebanyak 70% pendeta berusia di atas 50 tahun. Transisi kepemimpinan dapat menjadi hal yang sulit dan sensitif dalam masyarakat yang sangat menghargai orang yang lebih tua. Dua institusi ternama yang memberikan pelatihan terutama adalah Asian Access's Japan Growth Institute (tempat 1% pendeta di Jepang mendapatkan pelatihan—tetapi 1% tersebut berkontribusi terhadap 90% pertumbuhan gereja di negara ini) dan Church Planting Institute yang merupakan bagian dari JEMA. Sejumlah institusi teologi juga melakukan pelayanan yang menakjubkan. Hambatan finansial menjadi salah satu tantangan terbesar yang dihadapi oleh para mahasiswa/pendeta. Berdoalah untuk pemeliharaan atas mereka.

7 Visi untuk bermisi umat Kristen sangat penting. Terdapat 300 orang Jepang yang melayani di 34 negara di seluruh dunia. Namun, pada umumnya gereja-gereja jarang memiliki visi untuk bermisi dan kurang memahami tantangan yang dihadapi oleh para misionaris lintas budaya. Program-program pelatihan misi bagi para calon misionaris Jepang makin bertambah banyak, baik yang diadakan dalam bahasa Jepang maupun Inggris. Japanese Overseas Missions Association memiliki anggota lebih dari 20 lembaga pelayanan Jepang.

8 Misi ke JepangJepang merupakan negara terabaikan terbesar yang bersikap sangat terbuka terhadap para misionaris. Namun, karena adanya kesulitan dalam hal agama, sosial-budaya, bahasa, dan finansial, maka untuk menjadi seorang hamba Tuhan yang efektif membutuhkan proses adaptasi yang panjang dan berat.

a. Kerja sama di antara lembaga-lembaga misi sangat terbatas di masa lalu, dan meskipun kini mulai mengalami perbaikan, masih dibutuhkan kesatuan yang lebih besar. JEMA merupakan lembaga yang mengoordinasi 46 organisasi misi, mewakili lebih dari 1.100 misionaris. Sebagian besar terlibat dalam perintisan jemaat dan penginjilan, tetapi pertumbuhan gereja yang nyata masih belum tampak jelas. Berdoalah supaya mereka semua mendapatkan wawasan yang strategis, urapan Roh Kudus, dan buah dari hasil kerja sama mereka. Banyaknya lembaga pelayanan yang ada dan kebangsaan mereka tidak dicatat semua di sini. Lembaga-lembaga misi yang terbesar: OMF, TEAM, Pac Rim/IMB, SEND, JCCC (CCCI), MTW, BIM, Asian Access, Every Nation, UMC, WEC, AoG USA, Mission to Unreached Peoples, dan Navigators.
b. Ada banyak kesempatan untuk melakukan pekerjaan misi, yang paling dibutuhkan adalah penginjilan, pengajaran, perintisan jemaat, dan pelayanan terhadap jemaat. Banyak misionaris terlibat dalam pelayanan di jemaat yang sudah ada, membimbing agar mereka mampu melipatganda melalui perintisan jemaat dan pelatihan pemuridan. Mengajar bahasa Inggris merupakan pintu yang terbuka lebar bagi para tentmaker, dengan ratusan bahkan ribuan lowongan kerja tersedia untuk posisi tersebut. Para misionaris jangka panjang lebih diperlukan karena dibutuhkan waktu bertahun-tahun untuk memahami bahasa dan budaya Jepang.
c. Meningkatnya kontribusi para misionaris Korea merupakan hal yang luar biasa, mengingat sejarah permusuhan kedua negara ini. Mereka membutuhkan dukungan doa secara khusus agar dapat beradaptasi dengan baik dan memiliki pelayanan yang efektif.
d. Orang-orang Jepang yang pulang dari luar negeri. Mereka menjadi umat Kristen saat berada di luar negeri dan kelompok ini sangat strategis. Lebih dari satu juta orang Jepang tinggal di luar negeri; jumlah terbesar berada di AS, Brasil, dan Tiongkok. Setiap tahun terdapat lebih dari 1.600 orang kembali ke Jepang setelah mengalami perjumpaan dengan Yesus. Banyak di antara mereka yang pulang dengan beban misi untuk tanah air mereka. Orang Jepang yang pulang setelah menjadi orang Kristen mengalami pergumulan untuk berintegrasi ke tengah suasana gereja lokal. Japanese Christian Fellowship Network, Japan Christian Link, Reaching Japanese for Christ, Friends International UK, dan beberapa lembaga pelayanan lainnya berfokus pada tantangan ini. Berdoalah supaya ada koordinasi yang baik antara lembaga pelayanan yang menjangkau orang Jepang di luar negeri dan lembaga pelayanan yang menolong orang Jepang yang kembali ke tanah air untuk berintegrasi kembali dengan kehidupan masyarakat Jepang. Berdoalah agar umat Kristen Jepang yang kembali ke tanah air berdampak besar pada kehidupan gereja.

9 Wilayah dan suku yang terabaikan di Jepang:

a. 24 kota di Jepang yang tidak memiliki gereja sama sekali, mencakup Akabira, Utashinai, Obanazawa, Mino, Motosu, Inabe, Akitakata, Matsuura, Kamiamakusa, dan Kaseda. Dari 1.020 kota kecil dan desa, 595 di antaranya tidak memiliki gereja. Berdoalah untuk gerakan perintisan jemaat agar mampu menembus wilayah-wilayah terabaikan ini.
b. Sejumlah wilayah pedesaan nyaris tak tersentuh pemberitaan Injil. Gereja Jepang kurang memiliki visi untuk menjangkau banyak kota kecil yang memiliki sedikit sekali atau bahkan tidak ada sama sekali umat Kristen di dalamnya.
c. Golongan elit pemerintahan sedikit sekali dipengaruhi oleh Injil. Berdoalah bagi kaisar dan keluarga kerajaan, yang terkungkung tradisi dan karena kedudukan, mereka harus tunduk pada agama Shinto. Berdoalah bagi para politisi dan pebisnis, mereka yang memegang kendali di sektor keuangan dan industri yang memiliki pengaruh global. Terdapat beberapa badan pelayanan yang melayani mereka; yang paling dinamis adalah VIP Club.
d. Orang Korea adalah orang keturunan Korea yang dibawa paksa ke Jepang antara tahun 1903 dan 1945. Umumnya mereka diperlakukan dengan buruk dan digolongkan sebagai warga asing—bahkan setelah generasi ketiga dan keempat. Komunitas Korea terbagi dua antara mereka yang berpihak pada Korea Selatan dan mereka yang berpihak pada Korea Utara. Para misionaris Korea Selatan telah merintis lebih dari 500 gereja di antara mereka, tetapi persentase umat Kristen lebih rendah daripada persentase penduduk di Korea Selatan.
e. Orang Tionghoa berjumlah 25.000 orang, tetapi kemungkinan jumlahnya dua kali lipat lebih besar dari itu, termasuk para imigran ilegal. Hanya terdapat sekitar 30 gereja Tionghoa yang memiliki umat Kristen kurang dari 2.000 orang. Kemungkinan besar Jepang memiliki populasi Orang Tionghoa paling terabaikan oleh Injil dibandingkan di negara-negara lainnya. OMF dan AoG merupakan dua lembaga pelayanan yang berfokus melayani mereka.
f. Suku Ainu, yang secara etnis tidak ada hubungannya dengan orang Jepang. Mereka pertama kali berdiam di Jepang bagian utara. Jumlah mereka sebesar 25.000 orang, dan warisan budaya mereka terancam punah. Jumlah umat Kristen di tengah suku Ainu (andai ada) tidak diketahui, maka penjangkauan khusus perlu dilakukan.
g. Kaum perempuan yang dieksploitasi dan mereka yang mengeksploitasi. Jaringan kriminal yakuza aktif mengimpor 200.000 perempuan asing untuk menjadi budak seks, biasanya melalui jerat utang. Diperkirakan terdapat 100.000 perempuan Thailand dan juga banyak perempuan Filipina yang terlibat. Kejahatan seksual terhadap anak-anak meningkat cepat. Lelaki Jepang tetap menjadi sumber utama permintaan prostitusi perempuan dan anak-anak di seluruh Asia Timur dan Tenggara. Pornografi anak merupakan suatu bentuk kejahatan yang mencemari dan mengeksploitasi, yang harus dihancurkan melalui doa dan tindakan. Berdoalah agar sistem kejahatan ini dapat dihentikan dan agar kaum perempuan dan anak-anak yang dieksploitasi secara sadis ini dapat dimerdekakan.
h. Kaum Muslim mengalami peningkatan jumlah melalui imigrasi legal maupun ilegal dari Bangladesh, Malaysia, Iran, Pakistan, dan negara lainnya. Sebagian orang Jepang telah menjadi Muslim, sebagian besar melalui pernikahan. Upaya penjangkauan Kristen terhadap mereka masih sedikit sekali dilakukan.

10 Kaum muda menjadi “makhluk langka” akibat rendahnya tingkat kelahiran. Ikatan yang kuat di tengah masyarakat Jepang di masa lalu dengan cepat mengendur, dan generasi yang termuda merupakan korban yang paling nyata. Sebanyak 85% remaja Jepang mempertanyakan mengapa mereka ada, dan 11% berharap mereka tidak pernah dilahirkan di dunia ini. Mereka yang berusia 18-23 tahun merupakan kelompok yang paling terbuka terhadap Injil. Masalah-masalah kaum muda yang telah disebutkan sebelumnya merupakan penyebab keterbukaan mereka. Namun, pada kenyataannya hanya sedikit yang benar-benar menjadi umat percaya yang aktif. Kesaksian para pelajar/mahasiswa merupakan salah satu cara paling strategis untuk masa depan Gereja. Ada lebih dari 3 juta mahasiswa di lebih dari 1.200 kampus. KGK (IFES) melayani 250 orang di antaranya. CCCI memiliki 90 misionaris dan 47 staf nasional, Navigators memiliki 65 pekerja. YWAM dan AoG juga terlibat dalam pelayanan mahasiswa.

11 Jepang yang makin dipenuhi orang lansia menjadi suatu tantangan demografis yang serius, baik di masa kini maupun di masa depan. Namun, kondisi ini memperbesar kesempatan untuk memberitakan tentang Yesus seiring dengan banyaknya orang yang mencari ketenangan batin. Panti Jompo dan rumah perawatan Kristen akan menjadi tempat penjangkauan yang strategis. Berdoalah supaya makin banyak kesempatan dibukakan. Para pekerja Kristen yang memberikan perawatan bagi mereka juga akan sangat dibutuhkan. Hal ini akan memberikan kesempatan misi bagi umat Kristen dari negara lain seperti Filipina.

12 Literatur Kristen. Tidak ada negara lain yang lebih tepat diinjili melalui literatur selain Jepang. Masyarakat dengan tingkat melek huruf tinggi, yang memiliki budaya suka membaca, dan dinamis menjadikan mereka sebagai pangsa pasar yang sangat bagus untuk literatur Kristen berkualitas tinggi yang diterbitkan dan didistribusikan. Berdoalah untuk

a. Kemunculan makin banyak penulis Kristen yang menulis literatur tentang penginjilan dan apologetika, yang dapat menjalin komunikasi dengan orang-orang non-Kristen yang penuh keingintahuan.
b. Distribusi Alkitab. The Gideons dan The Bible Society bekerja sama untuk mendistribusikan hampir 2 juta Alkitab lengkap dan Alkitab Perjanjian Baru setiap tahunnya—1 juta lainnya laku terjual. Terjemahan baru Alkitab pada tahun 2003 telah menjadi berkat untuk program distribusi ini. Sekelompok minoritas Jepang yang signifikan sudah memiliki Alkitab, tetapi memahami pesan asing yang tertulis di dalamnya masih menjadi masalah bagi sebagian besar orang.
c. Manga (novel bergambar/novel grafis) mewakiliki sepertiga dari seluruh buku dan majalah yang diterbitkan di Jepang. Manga Bible, Manga Messiah, dan terbitan-terbitan manga Kristen lainnya—termasuk buku komik manga "The Gospel Edition", yang dicetak 2 juta eksemplar per tahun—sangat penting untuk menjangkau orang Jepang.
d. Toko buku Kristen berjumlah lebih dari 100, dengan beberapa jaringan yang luas, yang mencakup Word of Life (14 toko buku) dan CLC (9 toko), situs web, dan perpustakaan keliling.
e. Literatur penginjilan. New Life League mungkin merupakan produsen literatur terbesar di Asia. Lembaga ini mencetak 15 juta eksemplar literatur setiap tahun untuk Jepang, Asia, dan Eropa timur. EHC telah mendistribusikan hampir 200 juta traktat selama bertahun-tahun.
f. Word of Life Press Ministries (Swedish Alliance Mission) adalah penerbit nirlaba terbesar di Jepang, dengan 190 staf orang Kristen Jepang. Sebanyak 12 divisi semi-independennya menerbitkan Alkitab, buku, musik, video, kaset, CD, perangkat lunak komputer, materi-materi pendidikan Kristen, kebutuhan-kebutuhan gereja, majalah dwibulanan, jurnal empat bulanan bagi para pendeta, traktat, barang-barang untuk kado, kartu-kartu ucapan, dan sebuah surat kabar mingguan. Ini semua memiliki peranan yang vital dalam penginjilan di Jepang.

13 Media Kristen sangat bermanfaat di Jepang yang maju dalam bidang teknologi. Berdoalah untuk hal-hal berikut ini

a. Internet telah membuka banyak arus media baru. Ada banyak situs web bagi orang Jepang, mulai tentang pengajaran dan pemuridan bagi umat percaya hingga tentang apologetika dan pra-penginjilan. Situs web gereja lokal dapat menjadi cara utama bagi orang-orang (yang sedang mencari tahu tentang Kristus) untuk menemukan gereja-gereja lokal.
b. Kesenian, baik tradisional maupun modern, merupakan hal yang penting di tengah budaya Jepang yang serba canggih ini. Christians in the Arts Network mendorong, menghubungkan, dan memobilisasi upaya-upaya kesenian yang artistik di Gereja.
c. Video dan film. Redemptive Films adalah studio yang memproduksi film-film Kristen yang sangat dibutuhkan dan merupakan bagian dari Christians in the Arts Network. Film YESUS tersedia dalam berbagai format. Berdoalah untuk upaya-upaya distribusinya pada setiap hari Natal.
d. Televisi dan radio Kristen tersedia secara meluas bagi orang Jepang yang melek teknologi. Light of the World, Harvest Time, dan Calvary Chapel Hours adalah tiga acara terkenal yang ditonton oleh jutaan pemirsa. Terdapat banyak lembaga pelayanan yang menyiarkan atau memproduksi program-program untuk radio (gelombang pendek, gelombang menegah, FM, dan radio internet). Beberapa di antaranya adalah FEBC, TEAM, TWR, HCJB, Japan Mission, Lutheran Hour, Bible Broadcasting Network, dan BBI/Friendship Radio.
e. Musik Kristen, khususnya paduan suara Black Gospel, memiliki penggemar yang antusias di Jepang. Banyak orang Jepang non-Kristen ikut bernyanyi dalam paduan suara Black Gospel. Hallelujah Gospel Family merupakan suatu jaringan dari 35 paduan suara gospel dengan lebih dari 600 orang anggota—lebih dari 80% anggotanya adalah orang non-Kristen. Musik Natal juga merupakan titik penghubung yang populer untuk Injil di tengah masyarakat Jepang.

Operation World | << Jepang >> | Penjelasan Statistik dan Singkatan

Jepang - Wikipedia bahasa Indonesia

© OperationWorld (Indonesia) 2015

Dari Operation World: Panduan untuk Mendoakan Semua Bangsa di Dunia, Jason Mandryk,
Edisi Bahasa Indonesia Jilid II dan III, © 2013 Yayasan Gloria

TIDAK TERSEDIA DI TOKO-TOKO BUKU

Jika Anda merasa bahan ini berguna bagi pelayanan Anda, Anda dapat memesannya langsung melalui:

Komunitas Katalis melalui sistem keanggotaan tetap
Pendaftaran: +62-274-264-1003, katalis@glorianet.org
atau kontak http://glorianet.org

Diperoleh dari "https://misi.co/Jepang"